Jumat, 28 November 2014

asuhan keperawatan hepatitis, Keperawatan ANAK



TINJAUAN TEORI
     A.    PENGERTIAN
Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti; kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145) .

      B.     ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
                  1.  Hepatitis A
a.    Virus hepetitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung    berukuran 27 nm
b.   Ditularkan melalui jalur fekal – oral, sanitasi yang jelek, kontak antara manusia, dibawah oleh air dan makanan
c.    Masa inkubasinya 15 – 49 hari dengan rata – rata 30 hari
d.   Infeksi ini mudah terjadi didalam lingkungan dengan higiene dan sanitasi yang buruk dengan penduduk yang sangat padat.

.         2.  Hepetitis B (HBV)
a.    Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang memiliki ukuran 42 nm
b.   Ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan karier atau penderita infeksi akut, kontak seksual dan fekal-oral. Penularan perinatal dari ibu kepada bayinya.
c.    Masa inkubasi 26 – 160 hari dengan rata- rata 70 – 80 hari.
d.   Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi, perawat dan terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis serta onkologi laki-laki biseksual serta homoseksual yang aktif dalam hubungan seksual dan para pemaki obat-obat IV juga beresiko.




3.   Hepatitis C (HCV)
a.       Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus lemak yang diameternya 30 – 60 nm.
b.   Ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga disebabkan juga oleh kontak seksual.
c.    Masa inkubasi virus ini 15 – 60 hari dengan rata – 50 hari
d.   Faktor resiko hampir sama dengan hepetitis B

4.   Hepatitis D (HDV)
a.    Virus hepatitis B (HDP) merupakan virus RNA berukuran 35 nm
b.   Penularannya terutama melalui serum dan menyerang orang yang memiliki kebiasaan memakai obat terlarang dan penderita hemovilia
c.    Masa inkubasi dari virus ini 21 – 140 hari dengan rata – rata 35 hari
d.   Faktor resiko hepatitis D hampir sama dengan hepatitis B.
5.   Hepattitis E (HEV)
a.    Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya + 32 – 36 nm.
b.   Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, kontak antara manusia dimungkinkan meskipun resikonya rendah.
c.    Masa inkubasi 15 – 65 hari dengan rata – rata 42 hari.
d.   Faktor resiko perjalanan kenegara dengan insiden tinggi hepatitis E dan makan makanan, minum minuman yang terkontaminasi.

      C.    INSIDEN
1.      Hepatitis A
Penyakit endemik dibeberapa bagian dunia, khususnya area dengan sanitasi yang buruk. Walaupun epidemik juga terjadi pada negara – negara dengan sanitasi baik.
2.      Hepatitis B
Ditemukan dibeberapa negara insidennya akan meningkat pada area dengan populasi padat dengan tingkat kesehatan yang buruk.
3.      Hepatitis C
90 % kasus terjadi akibat post transpusi dan banyak kasus sporadik, 4 % kasus hepatitis disebabkan oleh hepatitis virus dan 50 % terjadi akibat penggunaan obat secara intra vena
4.      Hepatitis D
Selalu ditemukan dengan hepatitis B, delta agent adalah indemik pada beberapa area seperti negara mediterania, dimana lebih dari 80 % karier hepatitis B dapat menyebabkan infeksi
5.      Hepatitis E
Adalah RNA virus yang berbeda dari hepatitis A dan eterovirus biasanya terjadi di India, Birma, Afganistan, Alberia, dan Meksiko.

     D.    PATOFISIOLOGI
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis sel perenchyn hati.
Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler jaundice.
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya sakit dengan gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepattis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati

v       E.     MANIFESTASI KLINIK
Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama. Manifestasi klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi dari masing – amsing stadium adalah sebagai berikut.
1.      Stadium praicterik berlangsung selama 4 – 7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri diperut kanan atas urin menjadi lebih coklat.
2.      Stadium icterik berlangsung selama 3 – 6 minggu. Icterus mula –mula terlihat pada sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan – keluhan berkurang, tetapi klien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
3.      Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal lagi. Penyebuhan pada anak – anak menjadi lebih cepat pada orang dewasa, yaitu pada akhir bulan ke 2, karena penyebab yang biasanya berbeda

    F.     TES DIAGNOSTIK
1.      ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang terutama berada dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati
2.      Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
3.      Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4.      Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5.      Alkali phosfatase
Agaknya meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
6.      Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
7.      Albumin Serum
Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
8.      Gula Darah
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
9.      Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
    10.  HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)

11.  Masa Protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang. Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
12.  Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
13.  Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat.
14.  BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya gangguan dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.
15.   Biopsi Hati
Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
16.   Skan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
17.  Urinalisa
18.  Peningkatan kadar bilirubin.
Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonyugasi. Karena bilirubin terkonyugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.

     G.    PENATALAKSANAAN MEDIK
1.      Tidak ada terapi spesifik untuk hepatitis virus.
2.       Tirah baring selama fase akut dengan diet yang cukup bergizi merupakan anjuran yang lazim. Pemberian makanan intravena mungkin perlu selama fase akut bila pasien terus menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala-gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.



ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
1.      Biodata.
·      Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan dignosa medis.
·      Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama, alamat, pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
·      Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, dan hubungan dengan klien.
2.      Keluhan utama
Keluhan anak sehingga anak membutuhkan perawatan. Keluhan dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk, sakit perut kanan atas, demam dan kuning
3.      Riwayat kesehatan
·      Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perut kanan atas
·      Riwayat Kesehatan Masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding dengan saudara-saudaranya
·      Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.

B.     Diagnosa keperawatan
1.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan metabolik, anoreksia, mual/muntah.
3.      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang berlebihan melalui muntah dan diare.
4.      Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
C.    Rencana keperawatan.

Diagnosa I      : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan             : Klien menunjukkan perbaikan terhadap aktifitas.
Kriteria hasil    :
·         Mengekspresikan pemahaman tentang pentingnya perubahan tingkat aktifitas.
·         Meningkatkan aktifitas yang dilakukan sesuai dengan perkembangan kekuatan otot.
Intervensi        :
a.       Tingkatkan tirah baring, ciptakan lingkunga yang tenang.
Rasional : Meningkatkan ketenangan istirahat dan menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.
b.      Tingkat aktifitas sesuai toleransi
Rasional : Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktifitas yang mengganggu periode istirahat.
c.       Awasi kadar enzim hepar
Rasional : Membantu menurunkan kadar aktifitas tepat, sebagai peningkatan prematur pada potensial resiko berulang.

Diagnosa II    : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan masukan metabolik, anoreksia, mual/ muntah
Tujuan             : Klien menunjukkan status nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil    :
·         Nafsu makan baik.
·         Tidak ada keluhan mual/muntah.
·         Mencapai BB , mengarah kepada BB normal
Intervensi        :
a.       Awasi keluhan anoreksia, mual/muntah.
Rasional : Berguna dalam mendefinisikan derajat luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat.


b.      Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makanan sedikit dalam frekwensi sering.
Rasional : Makan banyak sulit untuk mengatur bila klien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk pada siang hari, membuat masukan makanan sulit pada sore hari.
c.       Lakukan perawatan mulut sebelum makan.
Rasional : Menghilangkan rasa tidak enak dan meningkatkan nafsu makan
d.      Timbang berat badan.
Rasional : Penurunan BB menunjukkan tidak adekuatnya nutrisi klien
e.       Berikan obat vit. B kompleks, vit c dan tambahan diet lain sesuai indikasi.
Rasional : Memperbaiki kekurangan dan membantu proses penyembuhan

Diagnosa III   : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang berlebihan melalui muntah dan diare.
Tujuan             : Klien akan menunjukkan status cairan adekuat.
Kriteria hasil    :
·         Tanda – tanda vital stabil :
TD : 90/50 – 120/70 mmhg
N : 85 – 100 x/mnt
S : 36 – 37C
P : 15 – 25 x/mnt
·         Turgor kulit normal ( cepat kembali )
·         Intake dan output seimbang.
Intervensi        :
a.       Monitor intake dan output
Rasional : Memberikan informasi tentang penggantian /efek terapi.
b.      Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler , turgor kulit dan membran mukosa.
Rasional : Indikator volume sirkulasi / perfusi
c.       Berikan cairan IV (biasanya glukosa), elektrolit.
d.      Rasional : Memberikan cairan dan penggatian elektrolit.

Diagnosa IV   : Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
Tujuan             : Klien akan menunjukkan tehnik melakukan perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi ulang dan transmisi ke orang lain.
Kriteria hasil    :
·         Memperlihatkan pengertian tentang tindakan kewaspadaan dengan mengikuti petunjuk.
·         Mempertahankan suhu tubuh yang normal , pernapasan jelas dengan tidak ada bukti lain terjadinya infeksi.
Intervensi        :
a.       Lakukan tehnik isolasi untuk infeksi enterik dan pernapasan sesuai kebijakan rumah sakit termasuk cuci tangan efektif.
Rasional : Mencegah transmisi virus ke orang lain. Melalui cuci tangan efektif dalam mencegah transmisi virus.
b.      Awasi / batasi pengunjung sesuai indikasi
Rasional : Klien terpajan terhadap proses infeksi (khususnya respiratorius) dan potensial resiko komplikasi sekunder.
c.       jelaskan prosedur isolasi pada klien/orang terdekat.
Rasional : Pemahaman alasan untuk perlindungan diri sendiri dan orang lain.
d.      Berikan antibiotik untuk agen pencegahan.
Rasional : Pengobatan hepatitis virus dan bacterial untuk mencegah/membatasi infeksi sekunder











DAFTAR PUSTAKA
            Betz, Cecily L. 2002. Buku saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3.  Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth.J. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC. 
Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 3 Volume 2    
      Jakarta :  EGC.